Diskusi dan Seminar Jadi Upaya Pelestarian Budaya Betawi di Era Teknologi

Camat Kembangan Joko Suparno ketika menyampaikan sambutan di Rumah Belajar Tiga Siku (Foto : Dok Tiga Siku)

JAKARTA, RAMBUKOTA – Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang kian pesat merupakan tantangan baru bagi para pegiat dalam pelestarian budaya. Salah satunya perkembangan kebudayaan Betawi yang menjadi ciri khas masyarakat kawasan dan sekitar ibu kota.

Nah, upaya yang perlu digalakkan dalam pelestarian kebudayaan Betawi di antaranya memperbanyak pelaksanaan diskusi maupun seminar yang melibatkan para generasi muda. Usaha tersebut kini menjadi perhatian komunitas Muda Jakarta yang menggelar Seminar Kebudayaan Betawi Era 4.0 dengan tema “Menjaga, Mencintai, atau Punah,” di Aula Kecamatan Kembangan pada Kamis (19/1/2023) depan.

Bacaan Lainnya

“Kami menghadirkan para tokoh Betawi sekaligus pemerintah untuk membahas persoalan perkembangan kebudayaan menghadapi tantangan di era digital,” kata Reza, Ketua Pelaksana Kegiatan sekaligus aktivis komunitas Muda Jakarta, Selasa (17/1/2023).

Reza menjelaskan, kegiatan seminar tersebut akan diisi oleh Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) H Beky Mardani dan Akademisi Fakultas Komunikasi Universitas Mercu Buana Ridho Azlam Ambo Asse. Sedangkan moderator seminar yaitu Adhe Riatin selaku Trainer Profesional.

Rencananya, seminar kebudayaan Betawi ini akan dibuka langsung oleh Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko dan dihadiri oleh Kepala Sudin Kebudayaan Jakbar Ahmad Syarofi. Selain itu, peserta seminar akan diikuti oleh masyarakat pemerhati budaya Betawi dan tokoh masyarakat.

Joko Suparno, Camat Kembangan mengatakan, pihaknya mengapresiasi kegiatan kebudayaan yang digelar oleh komunitas Muda Jakarta. Dia bilang, posisi anak-anak muda sangat strategis untuk mendukung pelestarian kebudayaan Betawi. Selain diskusi dan seminar, generasi milenial juga perlu aktif dalm kegiatan lain yang mengusung seni budaya dari kawasan ibu kota tersebut.

Kehadiran internet dan media digital juga harus bisa dimanfaatkan untuk mendokumentasikan kebudayaan sehingga bisa dinikmati masyarakat yang lebih luas, di Indonesia khususnya. “Kalangan muda harus mau memperlajari tarian, alat musik asli Jakarta, serta turut aktif dalam berbagai lomba dan pentas seni budaya Jakarta,” ujar Joko.

Pelaksana tugas Kecamatan Kebon Jeruk tersebut menambahkan, budaya asli Betawi sangat kaya dan sangat sayang bila tidak dieksplorasi lebih jauh oleh kalangan muda. Misalnya saja, gambang kromong,seni bela diri atau pencak silat, serta berbagai makanan khas Betawi mulai dari kerak telor, soto betawi, putu mayang, ataupun sayur gabus pucung.

Selain itu, penggunaan baju adat Betawi dalam acara maupun event tertentu juga perlu digalakkan semisal kebaya encim ataupun baju sadaria. “Penggunaan bahasa Betawi juga perlu diperhatikan untuk menjaga kelestariannya,” imbuh Joko.

Rencananya, Seminar Kebudayaan Betawi Era 4.0 dengan tema “Menjaga, Mencintai, atau Punah,” akan diikuti oleh sekitar 100 peserta. Acara tersebut didukung oleh Demo Care, LKB, Komunitas Juara Bicara, Rumah Belajar Tiga Siku, Kecamatan Kembangan, Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, serta Pemerintah Kota Jakarta Barat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *