Ingin Sukses Berdakwah, Syarat Ini Harus Dipenuhi

JAKARTA, RAMBUKOTA – Berdakwah atau menyampaikan pesan kebaikan merupakan kewajiban seluruh insan kepada manusia lainnya. Tujuannya, tentu agar umat dapat terus mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Namun, tidak semua pendakwah sukses menyampaikan pesannya. Bahkan mirisnya, penuturan pesan oleh sang dai justru kadang menimbulkan persoalan di tengah-tengah umat.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Syekh Dr Muhammad Said Ramadhan Al Buthi dalam Kitab Hakadza Falinad’u ilal Islam mengatakan, hal fundamental yang perlu disiapkan para dai ialah kesadaran pribadi. Pendakwah mesti meyakini apa-apa yang disampaikan kepada umat merupakan bagian dari penghambaan diri kepada Allah Taala.

Dalam berdakwah, sang dai hanya menanamkan sasaran demi mencari rida Yang Maha Kuasa. Dakwah merupakan bagian dari ibadah, sebagaimana kewajiban salat ataupun puasa.

“Niat ini bagus, sehingga tujuan dakwah tidak akan bergeser,” jelas Habis Syafiq Bin Ali Ridho Bin Syekh Abubakar (BSA) ketika menjelaskan Kitab Hakadza Falinad’u ilal Islam karangan Syekh Al Buthi dalam pengajian rutin Jalsatud Du’ah Jakarta Barat, Sabtu (7/12/2024).

BACA JUGA 
Bagaimana Cara Atur Keuangan, Ini Anjuran Nabi Muhammad SAW

Malam dan Hari Jumat, Momentum Keberkahan yang Jangan Dilewatkan

Keadaan Junub Ketika Masuk Subuh, Apa Puasanya Masih Sah?

Terkadang para pendakwah terobsesi untuk mengajak umat mengikuti mazhab yang dijalaninya. Alhasil, cara tersebut justru akan membuat sang dai menyerang mazhab lain.

Lebih parahnya, sang dai malah menginginkan penghormatan masyarakat lewat jalan dakwah. Akibatnya, isi dakwah yang disampaikan cenderung menjelek-jelekkan ulama lain.

“Hasil dari dakwah seperti ini malah akan melupakan Allah Taala. Ujung-ujungnya yang akan timbul sifat kegoisan, sedikit-sedikit bilangnya karena saya,” ujar Habib.

Masih dalam kita tersebut, Syekh Al Buthi memaparkan pengalamannya ketika berjumpa tipe-tipe pendakwah yang melenceng dalam aktivitasnya. Salah satu contohnya, terlalu asyik mengobrol atau membahas konten dakwah dan melupakan kewajiban salat.

“Salat pun dilalaikan sampai mendekati akhir waktu. Sampai-sampai para pendakwah tersebut terkesan merasa berat melakukannya, terburu-buru dan ingin dituntaskan secara cepat.”

Habib Syafiq menambahkan, sang dai harus mampu merefleksikan diri. Kembali pada tujuan mulia, yakni pesan yang disampaikan harus mengajak orang-orang semakin dekat kepada Allah Taala.

Kisah Nabi Musa Alaihissalam dan Nabi Harun AS yang berdakwah kepada Firaun patut menjadi pelajaran yang berharga. Meskipun dipastikan Firaun akan tetap sesat, dakwah yang disampaikan harus lemah lembut.

Pengalaman Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam (SAW) ketika berdakwah di Thaif pun demikian. Beliau mendapatkan penolakan hingga dilempari batu menjadi contoh ideal bagaimana kekuatan dan kesabaran dalam berdakwah.

“Sadarilah. Kita harus bisa menjadikan dakwah sebagai kesempatan dan amal untuk mencari pahala dari Allah Taala,” imbuh Habib Syafiq.

banner 300x250

Pos terkait

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *