JAKARTA, RAMBUKOTA – Beruntunglah seorang hamba yang senantiasa bermunajat kepada Allah Taala. Di malam-malam yang sepi, lidahnya bergetar mengutarakan keinginan hati dan mengemis penuh harap, serta hanya kepada Sang Ilahi.
Inilah hakikat dari kegiatan berdoa umat Islam kepada Allah Subhanahu wa Taala. Proses permintaan, dan bukannya pada pencapaian hasil dari suatu doa. Seorang hamba diberikan kesempatan untuk beriteraksi langsung dengan Sang Pencipta.
“Tujuan doa itu bukan untuk mendapatkan apa yang diminta, tapi karena kita bisa ngomong, bisa mengemis, bisa ketemu sama Allah. Bisa mengajukan hajat kita kepada Allah, itulah tujuan doa,” kata Habib Jindan Bin Novel Bin Jindan dalam Kajian Kalam Al Habib Ali Al Habsyi Malam ke-3 Ramadan, Senin (5/4/2022) malam.
Menurutnya, sebagaimana seorang rakyat yang hendak meminta sesuatu kepada presiden, tentu momen pernyataan keinginan akan menjadi sangat penting dan bakal dipersiapkan dengan baik. Sebab, tidak banyak yang mendapatkan kesempatan untuk bertatap muka langsung ke kepala negara.
Begitu juga dalam hal kegiatan ritual doa kepada Allah Taala. Apabila Allah menggerakan lidah seseorang untuk berdoa, maka hal tersebut itu akan sesuatu yang anugerah agung dan nikmat besar yang diterima oleh hamba tersebut.
“Ketika lidah digerakkan untuk meminta dan mengemis kepada Allah itu adalah suatu keagungan dan kehebatan karena kita diizinkan menunggu di pintu-Nya Allah Taala,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Habib Jindan, aktivitas berdoa merupakan bagian dari ibadah sehingga akan mendapatkan ganjaran pahala di sisi Allah Taala. Sehingga, seorang hamba juga dianjurkan untuk memperbanyak permohonan kepada Sang Khalik sebagai upaya memperbaiki dan mendekatkan hubungan dengan Allah Taala.
Prosesi berdoa juga harus dengan menghadirkan hati dan khusuk. “Yang menginginkan merasakan saat-saat mesra dengan Allah, maka dialoglah dan mengobrol dengan Allah dengan hati yang terenyuh,” kata Habib Jindan.