JAKARTA, RAMBUKOTA – Kementerian Perdagangan menyatakan neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 19,93 miliar sepanjang Januari-Juni 2023. Pencapaian sepanjang semester pertama tersebut turun 20,2% ketimbang realisasi di tahun lalu pada periode yang sama sebesar US$ 24,99 miliar.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, perdagangan Indonesia pada enam bulan pertama tahun ini lebih banyak ditopang oleh sektor nonmigas. Sedangkan komoditas minyak dan gas masih mengalami defisit.
“Meskipun neraca perdagangan masih membukukan surplus pada Semester I tahun ini, namun penurunan surplus dibandingkan dengan semester yang sama tahun lalu memerlukan perhatian dan penanganan ekstra dari semua pihak. Kementerian Perdagangan akan fokus pada akselerasi peningkatan ekspor nonmigas, termasuk ke pasar-pasar nontradisional,” kata dia dikutip dari laman resminya, Sabtu (22/7/2023).
Khusus pada Juni 2023, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2023 mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$ 3,45 miliar. Rinciannya, nonmigas menyumbangkan surplus perdagangan senilai US$ 4,41 miliar dan defisit migas sebesar US$ 0,96 miliar.
Zulkifli merincikan, surplus terbesar diperoleh dari perdagangan dengan India yang mencatatkan nilai US$ 1,12 miliar. Di mana, hal tersebut terdorong dari hasil ekspor dan impor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral/batubara, serta perdangngan logam mulia/perhiasan/permata.
Sedangkan, hasil perdagangan dengan negara lainnya yang mencatatkan surplus di antaranya, Amerika Serikat sebesar US $ 1,05 miliar dan Filipina US$ 0,83 miliar. Adapun negara penyumbang defisit perdagangan pada Juni 2023 di antaranya Australia US$ 0,52 miliar, Thailand sebesar US$ 0,20 miliar, dan Korea Selatan Uw 0,16 miliar).
(Silvana Maya Pratiwi)