Tantangan Generasi Muda Betawi, Hidupkan Tradisi Pantun Lewat Tulisan

Seminar dan Workshop Penulisan Pantun Betawi dengan tema Membumikan Pantun Betawi di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Selasa (12/7/2022) (Foto : Rambukota/yazid)

JAKARTA. RAMBUKOTA – Di Pondok Labu ada keramat, keramat tua pake kelambu, saudaraku abang mpo yang terhormat, semoga sehat dan sehat selalu.

Inilah bait pantun yang diucapkan Yahya Andi Saputra, salah seorang Budayawan dan Penulis Betawi mengawali paparan materinya. Ia menjadi narasumber dalam seminar dan workshop Penulisan Pantun Betawi dengan tema ‘Membumikan Pantun Betawi’ di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Selasa (12/7/2022).

Bacaan Lainnya

Tradisi berpantun orang-orang Betawi sudah berlangsung sejak lama. Bagian dari kesusastraan Melayu ini terus bertahan dan berkembang lantaran dipelihara lewat media lisan alias penuturan maupun dalam bentuk tulisan atau buku-buku serta hikayat.

Namun, menurut Yahya, pelestarian pantun orang-orang Betawi perlu dihidupkan dan ditata kembali. Sehingga, gagasan atau isi yang hendak disampaikan penutur dapat tersampaikan.

“Ada beberapa catatan, bikin pantun itu bukan asal ngejeplak (mengucap). Mungkin pada bagian dari aksi palang pintu itu, akan ada koreksi dan penekanan utama,” kata Yahya.

Menurut dia, pantun merupakan bentuk puisi khas Melayu yang terdiri dalam empat baris atau larik. Dua larik pertama dikatakan sampiran dan dua baris selanjutnya merupakan isi.

Beberapa catatan pembuatan pantun di antaranya, menghindari penyebutan nama-nama orang, baris pertama dan kedua harus berkaitan, serta sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. “Kamus-kamus bahasa Indonesia harus sering baca juga, kemudian Poebi (pedoman umum bahasa Indonesia) harus sering dilihat. Misalnya, hukum kata depan di yang dipisah dan di yang di-gancetin (digabung) juga harus tahu,” imbuh Yahya.

Sehingga ke depan, penulisan pantun Betawi harus lebih teliti dan berhati-hati dalam penyusunannya agar tidak menyalahi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan Benar. Yahya juga berharap, para pemerhati pantun budaya di ibu kota sekitarnya bisa bersatu dan berkolaborasi untuk menyusun satu buku sebagai upaya untuk membumikan pantun Betawi.

Sementara, dalam kata sambutannnya, Eka Nuretika Putra, Kepala Bidang Deposit Pengembangan Koleksi Pengolahan dan Pelestarian Dispusip DKI Jakarta mengatakan, pihaknya turut mendukung pelaksanaan workshop penulisan pantun karena akan bernilai positif bagi pengembangan kesusastraan. Melalui seminar ini, diharapkan akan lahir para penulis dan sastrawan baru yang berkiprah dalam memajukan literasi pantun Betawi.

“Harapannya, hasil penulisan pelatihan hari ini maupun ke depannya dapat dibukukan untuk menjadi koleksi sasta Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, ini kan keren,” ujar Eka.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *