JAKARTA. RAMBUKOTA – Presiden Joko Widodo meminta para relawan merapatkan barisan untuk bersama-sama masyarakat siap menghadapi tantangan resesi global sekaligus ancaman krisis pangan di masa mendatang. Hal tersebut diungkapkan Jokowi ketika menggelar pertemuan dengan para relawan di Istana Bogor, Jumat (29/7/2022).
Hadir dalam kesempatan tersebut sekitar 30 relawan, antara lain Jaringan Kemandirian Nasional (Jaman), Galang Kemajuan (GK), Pro Jokowi (Projo), Sekretariat Bersama (Sekber) Jokowi, Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi, Relawan Buruh Sahabat Jokowi (RSBJ), serta Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP).
A Iwan Dwi Laksono, Ketua Umum DPP Jaman mengungkapkan, pertemuan Presiden Jokowi dengan para relawan mendiskusikan hal yang cukup serius tapi dalam suasana yang santai. Para relawan diminta semakin militan sekaligus kembali merapatkan barisannya untuk membantu pemerintah menciptakan kedaulatan pangan dan energi.
BACA JUGA :
- KH Abdul Ghoni Basmol dan Potret Jemaah Haji Indonesia 1950
- Peluang Usaha Anda
- Lurah Jufri Terharu Disambut Palang Pintu Mengawali Jabatan di Meruya Utara
“Sudah terdapat banyak negara dilanda krisis, lebih dari 300 juta orang dalam kondisi sangat lapar, hal tersebut karena pemulihan yang tidak merata setelah pandemi Covid-19, perubahan iklim yang mempengaruhi panen, dan konflik perang di Ukraina,” ujar dia dalam keterangan pers, Sabtu (30/7/2022).
Sebagai contoh, sebagian besar negara Eropa saat ini telah mengalami krisis energi akibat dampak konflik Rusia-Ukraina. Akibatnya harga energi terus merangkak naik, termasuk untuk penjualan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Menurut dia, harga BBM yang meroket tentu membebani subsidi energi pemerintah. Namun, hal yang tengah diupayakan pemerintah agar tidak mengganggu ekonomi masyarakat dengan menjamin ketersediaan pasokan serta jangkauannya harus tepat sasaran lantaran kuota subsidi minyak kian menipis.
Iwan menambahkan, Presiden Jokowi juga memperingatkan persoalan pangan mengingat Ukraina dan Rusia menyuplai 30% gandum, 20% tepung jagung, serta 80% minyak biji bunga matahari dunia. Konflik yang berkepanjangan antara kedua negara akhirnya mengganggu suplai ke negara-negara lain yang pada akhirnya mengambil kebijakan pangan dalam negeri dengan menyetop ekspor.
Selain itu, ancaman produksi pangan semakin besar karena Rusia dan sekutunya Belarus adalah dua negara pengekspor kalium terbesar, bahan utama produk pupuk. “Presiden Jokowi menyatakan sebagian negara di dunia telah memutuskan menyetop ekspor pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Iwan.