Pelajaran Ilmu Tasawuf dari Akhlaknya Imam Ali Zainal Abidin

Habib Jindan ketika memberikan penjelasan di dalam suatu pengajian (Foto : Tangkapan Layar Al Fachriyah)

JAKARTA, RAMBUKOTA – Ilmu Tasawuf sejatinya bukanlah sekadar teori. Namun, ilmu tersebut sangat berkaitan dengan praktek kehidupan sehari-hari sehingga termasuk cara seseorang dalam mengelola perangai, sifat, dan akhlak.

Habib Jindan Bin Novel Bin Jindan mengatakan, orang-orang yang perangainya unggul maka secara otomatis penguasaan terhadap ilmu tasawufnya juga unggul. Begitu juga sebaliknya, akhlak yang jelek menandakan pemahaman tasawufnya juga buruk.

Bacaan Lainnya

“Orang yang akhlaknya jeblok, maka maka tasawufnya juga abal-abal. Jika mulut kotor, hati juga kotor, lalu perangai buruk, maka sebaiknya tidak usah berbicara tasawuf,” kata Habib Jindan dalam pengajian Rauhah di Pondok Pesantren Al Fachriyah, Senin (17/4/2023).

Habib menjelaskan, tempat atau maqom tasawuf itu adalah pada ihsan. Di mana, jenjang ihsan itu berada setelah Islam dan Iman. Seorang muslim yang baik dapat dinilai apabila pihak muslim lain itu bisa selamat dari gangguan mulut dan tangannya.

Ente saja tidak layak jika disebut sebagai pengikut muslim yang asli. Terus mau mengklaim shohibul ihsan yakni tasawuf. La, la, janganlah menipu orang-orang,” kata Habib Jindan.

Mencontoh Imam Ali Zainal Abidin

Berikut mungkin bisa menjadi contoh yang dapat kita petik dalam pemahaman tasawuf. Merupakan suatu akhlak yang baik, jika tidak merespon makian seseorang terhadap diri sendiri juga dengan makian.

Jika pribadi kita dimaki, maka bersabarlah, sebagaimana para pendahulu kita dan ulama-ulama salaf terdahulu tak terpengaruh akan makian orang-orang. “Maka janganlah mengatakan, wah ahlil bait dicaci maki, ulama di caci maki. Ingatlah, ente bukanlah yang pertama. Masalah perorangan janganlah dibuat menjadi masalah kesukuan (kelompok besar),” jelasnya.

Sebaiknya kita dapat mengambil contoh dari Imam Ali Zainal Abidin Bin Husein, cucu Imam Ali Bin Abi Thalib Rodiyallahu Anhu. Ia selalu bersabar akan tuduhan dan caci maki yang diterima dari orang-orang di sekitarnya.

Padahal, makian tersebut bukan hanya serangan akan pribadi. Akan tetapi orang tua, bahkan Imam Ali dan Sayyidah Fatimah, sang ibunda, pun juga dicaci oleh oleh orang lain.

“Jika omonganmu benar, semoga Allah Taala mengampuni saya, jika omongan salah semoga Allah mengampunimu, dan ampunan Allah itu ada,” kata Habib Jindan menirukan ucapan Imam Ali Zainal Abidin kepada pencacinya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *